“Hendaklah kamu bersikap murah hati dan jauhilah kekerasan
dan kekejian” (HR. Al Bukhari).
Umumnya kita begitu mudah menilai baik buruk seseorang,
tetapi sangat sulit menilai diri sendiri. Padahal apa yang dilakukan setiap
hari bisa difahami sejumlah indikator yang menunjukkan siapa diri kita.
Misalnya, seseorang yang ibadah dan tinggi ilmunya karena Allah, akan terpancar
kebaikannya dalam perilakunya sehari-hari. Menurut Imam Al Ghazali, tanpa
melalui pertimbangan pun, akhlak seseorang akan mudah terwujud dalam
perbuatannya.
Disebut tanpa pertimbangan karena sudah terbiasa melakukan
yang baik dan benar, dan tak biasa melakukan yang buruk. Kebiasaan berbuat baik
kepada setiap orang membentuk pribadi seseorang yang baik sepanjang hidupnya.
Sebaliknya, seseorang yang jahat pun akan mudah melakukan kejahatannya tanpa
pertimbangan lagi, terutama pertimbangan tentang dosa-dosa akibat terjadi
penganiayaan terhadap orang lain atau orang banyak.
Karena itu, penting berusaha untuk mempertahankan diri agar
menetapi kebaikan. Soalnya, bila mencoba suatu keburukan, akan berpeluang
mengulanginya bila terasa enak atau menguntungkan secara materi.
Hal itu bisa
menggiring lebih dalam ke lembah kejahatan, sehingga sangat disayangkan segala
amal kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya. Memang telah disebutkan dalam
hadits tentang adanya manusia demikian, yang pada awalnya giat melakukan
amalan-amalan calon penduduk surga, tetapi menjelang kematiannya berbalik
melakukan amalan-amalan calon penduduk neraka. Na’uzubillah.