Mendidik Itu Ibarat Memasak Makanan Atau Membangun Rumah

Tags

Apa persamaan antara mendidik dan memasak makanan atau membangun rumah?  Dilihat dari suatu sisi, persamaan itu banyak.  Secara umum di masing-masing kegiatan itu ada input, proses, dan produk.  Dalam memasak makanan, inputnya adalah bahan mentah (sayur, daging, beras) yang kemudian diproses (dimasak) sehingga menghasilkan produk (makanan yang enak dimakan).


Dalam membangun rumah, inputnya adalah bahan bangunan (pasir, batu bata, dsb.) yang kemudian diproses (dicampur dan dibangun) sehingga menghasilkan produk (rumah yang indah).  Dalam mendidik, inputnya adalah peserta didik yang belum terdidik, yang kemudian diproses (dilatih, dididik, diajar) sehingga menjadi produk (lulusan yang berpendidikan dengan kualitas tinggi).
 

Secara rinci, masing-masing kegiatan itu mempunyai:
  • Tujuan yang spesifik;Didasarkan pada suatu rencana;
  • Memerlukan alat untuk memproses;
  • Memerlukan tempat memproses;
  • Proses pelaksanaan rencana dilakukan oleh orang yang terlatih;

Dalam memasak makanan, tujuan itu adalah menghasilkan makanan yang enak dimakan.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa bakso, soto ayam, atau gado-gado.  Dalam membangun rumah atau gedung, tujuan itu adalah menghasilkan rumah atau gedung yang enak dihuni.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa rumah mungil, rumah gadang, apartemen, gedung pertemuan.

Dalam mendidik, tujuan itu adalah menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa lulusan yang lancar berbahasa Arab, hafal Qur’an, ahli di bidang matematika, ahli di bidang pesawat terbang, atau dokter.
 

Dalam masing-masing kegiatan, tujuan menempati posisi yang amat penting.  Tujuan ini akan menentukan rencana yang harus dibuat, proses, dan peralatan yang diperlukan.  Sebagai contoh, cara membuat dan alat untuk membuat bakso tentu saja berbeda dari cara membuat dan alat untuk membuat gado-gado.

Demikian pula, cara dan peralatan untuk membuat rumah gedung tentu berbeda dari cara dan peralatan untuk membuat rumah dari kayu.  Cara dan peralatan yang diperlukan untuk mendidik seorang sarjana teknik tentu berbeda dari cara dan peralatan yang diperlukan untuk mendidik ahli sastra atau ahli fiqh.
 

Dalam kegiatan membuat makanan, rencana atau prosedur itu disebut resep.  Dalam pembuatan rumah atau gedung, rencana itu disebut sebagai blue-print. Dan, dalam kegiatan mendidik, rencana itu disebut sebagai kurikulum, silabus, atau rencana pelajaran.  Seperti dikatakan di atas, bentuk rencana ini amat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai.  Tanpa tujuan yang jelas dan spesifik, sulit kiranya untuk membuat rencana yang tepat.
 

Dalam rencana kegiatan ini biasanya disebutkan bahan (input) apa yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, bagaimana spesifikasinya, kondisi idealnya, dsb.  Juga disebutkan bagaimana memproses input tersebut sehingga menjadi produk yang diharapkan, serta peralatan apa yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya.

Kejelasan rencana ini penting terutama kalau rencana itu harus dilaksanakan oleh orang lain (bukan pembuat rencana atau desainer).  Apalagi kalau yang melaksanakan itu orang banyak, seperti halnya di restoran besar, proyek perumahan, atau di perguruan tinggi/sekolah.
 

Setelah rencana dibuat, maka ditentukan peralatan apa yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut.  Dalam kegiatan masak-memasak, peralatan ini bisa berupa kompor, alat penggoreng, panci, dlsb.  Dalam kegiatan membuat rumah, peralatan ini bisa berupa bulldozer, cangkul, sekop, dlsb.  Dalam kegiatan belajar mengajar, peralatan ini bisa berupa komputer, papan tulis, meja belajar, dlsb.
 

Di samping peralatan, diperlukan juga tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.  Dalam kegiatan memasak, tempat kegiatan itu biasanya adalah dapur.  Dalam pembangunan rumah atau gedung, tempat kegiatan ini bisa berupa lahan tempat gedung itu akan dibangun.  Dalam kegiatan pendidikan, tempat kegiatan itu biasanya disebut kampus atau sekolah.
 

Setelah peralatan dan tempat kegiatan itu ditentukan dan diperoleh, maka ditentukan siapa yang harus melaksanakan rencana tersebut.  Dalam proses memasak, pelaksana rencana tersebut biasanya adalah tukang masak.  Di restoran yang besar, tukang masak ini jumlahnya bisa besar dan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya.

Ada yang bagian memotong daging, menggoreng, mencampur bumbu, sampai ke bagian menguji kesempurnaan makanan (tukang cicip).  Dalam kegiatan pembangunan gedung atau rumah, pelaksana rencana ini adalah para tukang.  Ada tukang kayu, tukang besi, tukang tembok, tukang cat, dsb.  Demikian juga dalam dunia pendidikan.  Para pelaksana rencana ini biasanya disebut guru, dosen, atau pelatih dengan keahlian masing-masing.
 

Di restoran besar, para tukang masak ini biasanya dikordinasi oleh seorang Koki Kepala.  Dialah yang bertanggung jawab atas kualitas makanan yang dihasilkan oleh para tukang masak itu.  Dalam pembangunan gedung yang besar, kordinasi terhadap para tukang ini biasanya dilakukan oleh seorang Kepala Proyek.  Dialah yang bertanggung jawab atas selesainya proyek tepat pada waktunya, sesuai dengan rencana (blue print) yang telah disepakati, dan dengan kualitas yang telah disepakati pula.

Di dunia pendidikan, fungsi kordinasi ini dipegang oleh Kepala Sekolah, Rektor, Dekan, atau Ketua Jurusan (sesuai tingkatan tanggung jawab masing-masing).  Dialah yang bertanggung jawab atas selesainya pendidikan siswa/mahasiswa tepat waktu, sesuai dengan kurikulum (rencana pendidikan) yang telah disepakati, dan dengan kualitas lulusan yang telah disepakati di sekolah, jurusan, fakultas, atau universitas tersebut.
 

Yang tak kalah pentingnya adalah evaluasi.  Evaluasi adalah alat kontol kualitas berdasarkan standar kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.  Evaluasi produk ini penting terutama kalau makanan, rumah/gedung, dan jasa pendidikan itu ingin dijual ke masyarakat.  Dalam proses masak memasak, evaluasi ini dilakukan dengan cara mencicipi masakan.  Dalam pembangunan gedung/rumah, evaluasi ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan bangunan tersebut.  Dalam bidang pendidikan, evaluasi ini dilakukan melalui ujian akhir sebelum lulus.

Kualitas produk akan sangat ditentukan apakah komponen-komponen tersebut berkualitas baik atau tidak.  Apabila salah satu komponen tersebut tidak berkualitas baik, kemungkinan kualitas produknya tidak akan sebaik yang diharapkan.  Misalnya rencana yang tidak bagus akan sulit untuk menghasilkan produk yang bagus.  Tetapi, rencana yang bagus dan berkualitas belum tentu menghasilkan produk yang bagus kalau proses pelaksanaannya, tenaga pelaksananya, peralatannya, ataupun cara mengevaluasinya atau orang yang mengevaluasinya tidak bagus kualitasnya.  Semua komponen itu berinteraksi saling mempengaruhi dalam suatu sistem.


Kepala sekolah, ketua jurusan, dekan, ataupun rektor adalah ibarat kepala proyek atau kepala Koki yang bertanggung jawab atas kualitas produk tersebut.  Tugas utama mereka adalah untuk memastikan setiap komponen tersebut berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik pula. 

Aceh Utara - Merupakan personal blog yang membahas seputar informasi yang bersifat umum. email : info@matangteungoh.com