Tren kecantikan terus berkembang, dan semakin banyak anggota masyarakat yang melakukan beragam operasi untuk mendapatkan hasil optimal. Salah satunya praktik estetika yang banyak dikenal orang adalah operasi filler dan tanam benang (threadlift).
Namun, saat ini masih banyak ditemukan penggunaan filler dan benang yang tidak tepat. Sehingga akhirnya, alih-alih menjadi cantik, yang didapat justru dampak buruk. Operasi semacam itu lazim dilakukan untuk bagian tubuh seperti hidung, dagu, pipi, bahkan payudara dan organ intim.
Baca juga: Inilah Manfaat Sinar Matahari Di Pagi Hari Bagi Kesehatan Tubuh
Dokter spesialis bedah plastik sekaligus Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi), Irena Sakura Rini pun memberikan pandangannya.
Dia mengatakan, filler, botox, maupun tanam benang sebetulnya adalah terapi yang tidak berbahaya, namun yang menjadikan terapi itu berbahaya adalah saat dilakukan di tempat yang tidak seharusnya, dan dengan prosedur yang tidak tepat.
Risiko terburuknya adalah bisa menyebabkan kematian. Sangat berbahaya karena (filler) bisa masuk ke pembuluh darah besar saat tindakan penyuntikan yang berakibatkan serangan sesak mendadak. Ini akibat sumbatan pembuluh darah pada jantung dan paru yang bisa mengakibatkan kematian," ujar Sakura dalam paparan Perapi di Hotel Shangri La, Jakarta.
Di samping itu, filler yang masuk ke sela kelenjar payudara pada akhirnya berpotensi menyulitkan pemeriksaan apabila tumbuh kanker payudara. Sementara untuk bagian lainnya, seperti hidung.
Dia mengatakan, sepanjang garis senyum hingga pangkal hidung terdapat banyak pembuluh darah, jika pengerjaan dilakukan oleh seseorang yang kurang memahami anatomidan dan tidak sesuai, maka bisa menimbulkan kesalahan fatal.
Baca juga: Kebiasaan Yang Sering Membuat Kulit Wajah Menjadi Rusak
Dalam beberapa kasus, filler juga dilakukan bukan dengan bahan Hyalluronic Acid namun dengan bahan lain yang kurang tepat. Pembuluh darah di hidung yang seharusnya berfungsi menghidupi kulit kemudian menjadi tertutup dan kulit akan menjadi mati.
Kondisi ini terjadi karena ada tarik-menarik dan jaringan di hidung sudah "rompal". Bisa pula bentuk hidung menjadi aneh seperti singa, karena lekuk tulang hidung yang hilang. Mungkin kondisi ini justru akan merugikan pasien, karena cekung (dari hasil filler yang gagal) akan meninggalkan cacat," tutur dia.
Sakura juga mencontohkan salah satu pasien yang pipinya menjadi berlubang karena prosedur penanaman benang yang salah. Dokter spesialis bedah plastik lainnya, Teuku Adifitrian yang lebih dikenal dengan sapaan Tompi pun memberikan kesaksi senada.
Tompi mengatakan, masing-masing ahli bedah anggota Perapi dalam sebulan bisa menangani sekitar 15-20 pasien, yang mengalami masalah akibat praktik bedah estetika yang salah.