Replika tas bordir motif Aceh milik Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe masuk rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Penyerahan sertifikat rekor tersebut berlangsung di Lapangan Hiraq bersamaan dengan acara launching ‘Rapai Uroeh’ sebagai ikon seni budaya Kota Lhokseumawe, Minggu (12/11) sore.
Replika tas bordir motif Aceh ukuran besar ini merupakan produk dari kelompok Syirkatun Nisa binaan BI Lhokseumawe. Dimana tas tersebut sesuai hitungan pihak MURI, memiliki panjang 3,28 meter, tinggi 1,57 meter, lebar tengah 1,67 meter, dan lebar alas 1,45 meter.
Untuk membuat tas itu menghabiskan bahan kain prada 27 meter, kain lapis kawat 25 meter, dan kain krah 6,5 meter. Untuk benang digunakan jenis ekstra 36 gulung, rakit 10 gulung, dan perekat dua gulung.
Kepala BI Lhokseumawe, Yufrizal mengatakan, selama ini pihaknya telah membina sejumlah kelompok usaha masyarakat, salah satunya usaha pembuatan tas bordir bermotif Aceh. Tas produk kelompok binaan mereka itu sudah dipasarkan ke sejumlah negara.
Didasari rasa keberhasilan tersebut, maka pihaknya membuat tas bordir motif Aceh dengan ukuran raksasa. “Jadi, kita membuat tas besar tersebut bukan untuk gaya-gayaan, tapi sebagai simbol semangat pertumbuhan ekonomi masyarakat di bidang usaha ini,” ujarnya.
Sementara itu, Manajer MURI, Andre Puwandono menyebutkan, pada dasarnya kalau tas berukuran besar sudah ada. Namun, tas milik BI Lhokseumawe bisa masuk rekor MURI karena adanya motif Aceh. “Sehingga rekor ini sebuah bentuk wujud kecintaan kita terhadap berbagai budaya dan khas daerah yang ada di Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DKA Lhokseumawe, Nazaruddin menyebutkan, untuk acara launching ‘Rapai Uroeh’ sebagai ikon budaya Kota Lhokseumawe diikuti 400 penabuh yang berasal dari seluruh gampong di Lhokseumawe. “Dengan kegiatan ini kita harapkan semakin meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap seni budaya lokal.